Bismillahirrahmanirahim..
Emosiiiii!!
Cuma itu yang ada di benak saya saat ini. Betapa tidak, jika seorang 'adik' membangkang dan bersikap sok tahu.
Hari ini ada jadwal praktikum Teknik Elektrik II di Laboratorium Elektronika dan Mikroprosesor. Humm, memang praktikum kali ini bukan 'jatah' saya untuk mengawas. 'Jatah' saya adalah pada Praktikum TEN 1 di semester ini yang sudah selesai 2 bulan yang lalu. Tapi jujur, saya iba melihat sang ibu laboran yang sudah hamil tua berjalan kesana kemari dengan perut buncitnya karna hampir semuanya butuh bantuan beliau dalam melaksanakan percobaan yang mereka lakukan.
Lantas saya hampiri beliau dan saya bertanya pada beliau, "mana 2 asisten praktikum ini? Kok ibu yang mengawas?" si Ibu tersenyum sambil berkata dengan nada biasa "ga ada, Nty. Katanya ada kuliah". Saya bingung, gimana ceritanya ada kuliah wong seluruh ruangan kosong?
Lantas saya hampiri beliau dan saya bertanya pada beliau, "mana 2 asisten praktikum ini? Kok ibu yang mengawas?" si Ibu tersenyum sambil berkata dengan nada biasa "ga ada, Nty. Katanya ada kuliah". Saya bingung, gimana ceritanya ada kuliah wong seluruh ruangan kosong?
Ya sudah, saya katakan pada beliau bahwa pada percobaan Gerbang Logika nanti saya saja yang tangani. Dan, mulailah ujian emosi dilakukan...
Saya datangi adik tingkat saya yang sedang melaksanakan praktikum Gerbang Logika. Saya perhatikan dia kelihatan kesulitan menyambung kabel-kabel pada papan percobaan. Maka tanpa banyak bicara saya bantu dia. Ketika kabel sudah tersambung dengan benar, saya minta dia mengikuti instruksi yang ada di tabel dalam modul praktikum sambil mencatat hasil percobaan. Tapi apa yang terjadi, dia hanya memainkan saklar tanpa memperhatikan apa yang tertulis di modul. Lalu saya tanya, "kenapa tidak dicatat?" dengan santai dia menjawab "tidak perlu, ada punya teman yang saya salin! tapi jangan dilaporkan pada ibu, ya!". Wah, enak benar nih anak. Teman-temannya kelimpungan praktikum dia seenaknya nyalin. "kalau cuma nyalin memangnya kamu mengerti?" dan kembali dengan santainya dia menjawab "sudahlah, biarkan saja." Hummm, kalau semua mahasiswa kayak gini, saya tidak akan heran kalau bangsa ini menjadi seperti ini.
Pelan-pelan saya tinggalkan dia, dan berbisik pada sang ibu laboran, "bu, yang praktik gerbang logika ga serius bu. dia cuma nyalin punya temannya yang sudah praktikum". Sang ibu laporan menoleh ke arah 'Meja Gerbang Logika' dan sambil berkata pelan "oh, kalo yang itu memang jangan ditanya. dia memang suka membangkang kalau diberitahu." Dan saya pun kembali mengawasi dia, dan dia tetap dengan santainya menyalin punya temannya.
Terlihat ia kembali kelimpungan merangkai kabel-kabel untuk percobaan 'Gerbang Logika OR', saya sahuti "apa gunanya kalian praktikum kalau cuma nyalin punya orang! sudah, jangan salin punya orang lagi!" seraya mengambil hasil praktikum milik temannya. Dia berkelit dan tidak ingin memberikannya. Otomatis saya reflek memanggil ibu laboran "Ibu, yang ini cuma nyalin punya temannya!". Si ibu laboran menjawab, "Oh, pantas saja tadi saya tanya 'mengapa gerbang AND mengeluarkan logika 1 hanya jika kedua masukannya bernilai 1' kamu tidak bisa menjawab. Berikan modulnya, biar saya catat sekalian." Yang ditegur cuma mengeles dan bilang "maaf bu, tadi saya lupa!"
Akhirnya modul itu berada di tangan ibu laboran. Bukannya melanjutkan praktikum, si praktikan ini malah ngedumel. ni anak benar-benar bikin emosi dah. sudah jelas-jelas salah, masih saja nyolot. merasa tak ada yang menggubris omelannya, dia melanjutkan praktikumnya. percobaan kali ini adalah 'Gerbang Logika OR 4 Input' yang mirip-mirip dengan percobaan 'Gerbang Logika AND 4 Input. Nah, saya curiga anak ini tidak melaksanakannya karena kelihatan sekali bahwa dia tidak tau kalau setiap keluaran di sambungkan ke LED. Langsung saja saya sindir "makanya, jangan cuma nyalin punya orang saja".
Ketika saya suruh dia gantian dengan temannya, dia menjawab dengan nada tidak sopan "ah, tidak usah. memperlambat saja!" saya balas "kalau cuma kamu yang merakit, terus temanmu dapat nilai apa?" ehhh, dia makin ngeyel... "sudah, biar saja! memperlambat". saya cuma bisa geleng-geleng kepala dan saya tinggalkan dia.
OK, Fine... Silahkan bantah terus apa yang saya ucapkan. Toh yang memberi nilai praktikum tahu kok sifat kamu bagaimana. Kelakuan pada saat praktikum juga dinilai, loh dek.
Wassalam.
Ketika saya suruh dia gantian dengan temannya, dia menjawab dengan nada tidak sopan "ah, tidak usah. memperlambat saja!" saya balas "kalau cuma kamu yang merakit, terus temanmu dapat nilai apa?" ehhh, dia makin ngeyel... "sudah, biar saja! memperlambat". saya cuma bisa geleng-geleng kepala dan saya tinggalkan dia.
OK, Fine... Silahkan bantah terus apa yang saya ucapkan. Toh yang memberi nilai praktikum tahu kok sifat kamu bagaimana. Kelakuan pada saat praktikum juga dinilai, loh dek.
Wassalam.
postingan yang bagus
BalasHapusvisit dan follow juga ya
http://jomblo-karatan.blogspot.com
makasih..
Hapusemosi sebaiknya dilampiaskan lewat tulisan blog dari pada harus melampiaskannya kepada orang lain..
itu menurut saya.. :)