Bagaimana perasaan kamu, seandainya orang yang telah menyakitimu selama bertahun-tahun meminta maaf padamu, TETAPI melalui perantara yaitu SMS?
Kisah ini merupakan kisah dari salah seorang sahabatku. Ceritanya panjang, nanti saya bakal ceritain kisanya *ceilehh*
Ringkasnya, sahabatku disakiti hingga 4 kali oleh orang yang sama. Yang membuat saya miris adalah orang yang tega menyakitinya adalah seorang wanita berjilbab. Sempat terlintas dalam benak saya, meskipun luarnya telah terbungkus, tapi sayang, hatinya kelihatannya tidak terbungkus. Dan salah satu sahabatku juga sempat mengutarakan pada wanita tersebut agar melepas jilbab karena wanita berjilbab tak pantas bersikap seperti yang telah dia lakukan. Astagfirullahaladzim, kalimat istigfar itu terus saya ucapkan ketika hal tersebut terlintas di benak saya. Apa hak saya memvonis wanita tersebut? Biarlah masalah itu menjadi masalah yang mereka berdua.
Okee,, kita kembali ke judul di atas, kami (saya dan sahabat saya) bertanya-tanya dalam hati sesibuk apakah hingga tak pernah menyanggupi untuk meminta maaf secara langsung? Bukan bermaksud merasa paling benar, akan tetapi ada baiknya bertemu langsung agar sekalian masalah yang menyebabkan permusuhan itu diselesaikan pula.
Saya menyayangkan permusuhan ini. Karena hal tersebut betul-betul memutuskan silaturrahmi antara dua manusia. Bukankah putus hubungan silaturrahmi adalah hal yang tidak baik? Tapi di lain pihak sebagai seorang teman, saya ikut merasa tersakiti dikarenakan 2 hal, saya dibawa-bawa dalam permasalahan mereka dan yang utama sahabat saya disakiti.
Saya sudah bertanya kepada beberapa teman, semua mengatakan, meminta maaf lewat SMS sama dengan pe-mandang entengan (halahhh! ribet!), niat tidak tulus dan terkesan tidak sungguh-sungguh.
Well, sudah 2 tahun berlalu, sampai sekarang wanita itu tidak pernah datang meminta maaf langsung. Wallahualam apa yang terjadi padanya sekarang.
Ketika "MAAF" Tak Dilakukan Sungguh-Sungguh, hanya Allah yang tahu. Karena hanya Allah yang tahu apa yang ada dalam benak manusia.
Wassalam
Ringkasnya, sahabatku disakiti hingga 4 kali oleh orang yang sama. Yang membuat saya miris adalah orang yang tega menyakitinya adalah seorang wanita berjilbab. Sempat terlintas dalam benak saya, meskipun luarnya telah terbungkus, tapi sayang, hatinya kelihatannya tidak terbungkus. Dan salah satu sahabatku juga sempat mengutarakan pada wanita tersebut agar melepas jilbab karena wanita berjilbab tak pantas bersikap seperti yang telah dia lakukan. Astagfirullahaladzim, kalimat istigfar itu terus saya ucapkan ketika hal tersebut terlintas di benak saya. Apa hak saya memvonis wanita tersebut? Biarlah masalah itu menjadi masalah yang mereka berdua.
Okee,, kita kembali ke judul di atas, kami (saya dan sahabat saya) bertanya-tanya dalam hati sesibuk apakah hingga tak pernah menyanggupi untuk meminta maaf secara langsung? Bukan bermaksud merasa paling benar, akan tetapi ada baiknya bertemu langsung agar sekalian masalah yang menyebabkan permusuhan itu diselesaikan pula.
Saya menyayangkan permusuhan ini. Karena hal tersebut betul-betul memutuskan silaturrahmi antara dua manusia. Bukankah putus hubungan silaturrahmi adalah hal yang tidak baik? Tapi di lain pihak sebagai seorang teman, saya ikut merasa tersakiti dikarenakan 2 hal, saya dibawa-bawa dalam permasalahan mereka dan yang utama sahabat saya disakiti.
Saya sudah bertanya kepada beberapa teman, semua mengatakan, meminta maaf lewat SMS sama dengan pe-mandang entengan (halahhh! ribet!), niat tidak tulus dan terkesan tidak sungguh-sungguh.
Well, sudah 2 tahun berlalu, sampai sekarang wanita itu tidak pernah datang meminta maaf langsung. Wallahualam apa yang terjadi padanya sekarang.
Ketika "MAAF" Tak Dilakukan Sungguh-Sungguh, hanya Allah yang tahu. Karena hanya Allah yang tahu apa yang ada dalam benak manusia.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar