Senin, 07 Mei 2012

Sekolah Daun, Sekolah di Balik Awan

Bismillahirrahmanirrahim...

Kemarin, saat melewati perempatan jalan, saya melihat sebuah baliho besar milik salah satu anggota dewan DPR Pusat yang dipasang sebagai ucapan Selamat Hari Pendidikan Nasional. Dalam baliho tersebut, tertulis besar-besar ucapan dari sang anggota dewan tersebut yang berbunyi kurang lebih seperti ini:

"Semua Anak Sulawesi Tengah Harus Mendapatkan Pendidikan yang Layak"


Saya tersenyum miris membaca tulisan di baliho tersebut. Mendadak dalam pikiran saya teringat pada sekolah yang terletak di puncak pegunungan Gawalise... yang bernama Sekolah Daun




Pernahkah kalian membayangkan pemandangan disamping adalah pemandangan yang akan kalian nikmati setiap hari jika pergi ke sekolah? Indah, bukan?
Anak-anak murid Sekolah Daun melihat pemandangan ini setiap hari. 


Sekolah daun terletak di dusun V Topesino Desa Mantikole, Kecamatan Dolo Barat, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Jarak yang ditempuh dari pusat kota Palu menuju Desa Mantikole adalah sekitar 24 km dan bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor. Saya hafal jarak ini karena kurang lebih 2 bulan saya tinggal di desa Mantikole ini dalam rangka pelaksanaan KKN tahun 2011 kemarin.




Topesino terletak jauuuuuuh dari 4 dusun lain di wilayah desa Mantikole. Topesino berada di puncak pegunungan gunung Gawalise  yang hanya bisa ditempuh dengan jalan kaki dengan sudut kemiringan lereng kurang lebih 45 derajat! Saya pernah mendaki ke sana dan menghabiskan waktu 5 jam untuk mencapai sekolah tersebut. Menurut Pak Arjon, salah satu staff pengajar Sekolah Daun, beliau bisa sampai di atas sana hanya dalam waktu 3 jam saja. Well, ini mungkin disebabkan oleh faktor kebiasaan beliau yang tiap minggu mendaki ke sana.




"Masyarakat yang tinggal di dusun ini adalah masyarakat suku Kaili sub etnis Kaili Inde. Di antara jumlah penduduk sebanyak 175 jiwa dari 48 keluarga, terdapat 65 jiwa anak-anak berusia sekolah. Pada tahun 2007 atas upaya beberapa orang pemuda dari dusun Topesino dan desa Mantikole dibangunlah sebuah sekolah sebagai tempat belajar untuk anak-anak dusun ini. Bangunan yang sangat sederhana mereka sebut dengan Sekolah Daun. Sebagaimana pada umumnya bangunan yang terdapat pada dusun ini sekolah daun ini pun terdiri dari bermacam-macam daun dan pelepah, serta rumput ilalang. Kondisi di dalam sekolah atau kelas pun  sangat memprihatinkan. Meja sebagai tempat menulis hanya terbuat dari dua buah lembar papan yang ditopang dengan kayu, itupun hanya bisa digunakan untuk beberapa orang anak saja. Anak-anak lainnya harus duduk bergerombol dan menumpuk di atas balai-balai yang terbuat dari belahan bambu dan pelepah daun." Blog Kakaarmand

Gambaran bagaimana pendidikan yang dialami oleh adik-adik di Dusun Topesino ini sempat diabadikan oleh rekan-rekan dari TVRI Palu yang mengunjungi dusun yang terisolir itu.






Pak Arjon, Pak Nardus, Pak Rizal dan Ibu Indrawati merupakan pahlawan tanpa tanda jasa di sekolah daun ini. Beliau berempat rela menghabiskan waktu beliau dengan naik-turun Pengunungan Gawalise yang curam dan berbahaya demi memberikan ilmu mereka kepada anak-anak dusun Topesino.




Foto di atas adalah foto teman-teman KKN Angkatan 62 Universitas Tadulako pada saat BakSos di dusun Topesino. Yang mengapit kami adalah Pak Nardus dan Pak Arjon. Kami berfoto di gedung baru yang dibuatkan pemerintah desa Mantikole.


Inilah potret kehidupan mereka, anak-anak dusun Topesino. Di tengah kesulitan yang menghimpit mereka, niat belajar dalam benak tidak pernah padam. Terima Kasih kepada para pahlawan tanpa tanda jasa yang tak pernah lelah dan selalu ikhlas dalam membagi ilmu mereka.

Semoga kelak, pemerintah menoleh ke arah mereka sehingga mereka benar-benar mendapat pendidikan yang layak. 



Sekolah Daun, Sekolah di Balik Awan....





with:

Kakaarmand's Blog
Katulutulu's Blog





3 komentar:

  1. Keren sekali nie, tempatku juga pedesaan dan terletak di bawah lereng gunung. Tapi untuk sekolahan dan jalan suda memadahi.
    yang sulit adalah kehidupan ekonomi.
    banyak anak disini putus sekolah hanya lulusan SD dan menikah. kalau laki2 kerja kuli bangunan atau buruh tani.

    BOS umumnya sampai SMP tapi pada kenyataannya di SMP desaku itu membuat sistem BSI yang bayarnya mahal banget tapi sistem itu patut dipertanyakan. Karena pada kenyataannya pelajaran yang diberikan malah kurang dari sekolah yang bukan BSI

    BalasHapus
  2. Semua masyarakat berhak mndapatkan pendidikan yang layak ,,,,,,,,,,!!!!!!!!!! Tolong peran pemerintah setempat ,,,,,,,,,,,,,,, semangat sahabat dan adik adikku .......

    BalasHapus
  3. Mgintip dunia dari balik awan.

    BalasHapus